Saturday, December 20, 2008

she looked like writing a poem



in the cold dark
that we hide when escape
this mess round
we couldn't run out

just you, just me
will never be...

Sunday, December 14, 2008

Pacu Adrenalin dengan Airsoft Gun

Oleh Ester

Jantung berdebar kencang, perasaan takut menyelimuti seketika. Mengenakan rompi tebal, serta masker pelindung kepala, saya dan teman satu tim memasuki areal pertempuran dengan modal airsoft gun di tangan.

Di ‘Area 81’, Jl. Gatot Subroto No. 81 Jakarta, saya dan teman-teman ‘bermain’ tembak-tembakan dengan airsoft gun, senapan dengan peluru plastik. Sebuah cara refreshing yang mulai digemari masyarakat Jakarta.

Lokasi pertempuran indoor berukuran sekitar 10 meter x 17 meter, memiliki 2 pintu masuk di sisi kanan dan kiri untuk masing-masing team. ‘Medan pertempuran’ ditata sedemikian rupa, mengingatkan pada setting lokasi markas persembunyian di film-film action.

Lorong-lorong gelap, dan ruang remang dengan ‘mayat’ di ranjang, menambah suasana tegang dalam permainan ini. Apalagi saat terdengar suara tembakan disusul bunyi orang berlari di lantai atas, semakin memacu semangat untuk menyerang sebelum diserang.

FREEZE!!! Hahaha…”, seseorang berseru penuh kemenangan sambil menodongkan senapan di belakang saya. Sesuai peraturan, saya pun harus keluar dari medan pertempuran, menunggu sampai salah satu tim tertembak semua, dan kita pun memulai lagi game baru.

Di game berikutnya, semangat pembalasan pun semakin membara. Rasa takut berkurang, menyisakan semangat untuk menyerang dan menembak lawan. Mencoba menyerang dari lantai dua, saya memasuki sarang lawan sambil mengendap penuh waspada.

Lantai dua clear, dan saya terpancing untuk turun menyerang ke lantai satu. Menuruni tangga gelap dalam bekapan masker pelindung, gerakan semakin tidak leluasa dan muncul rasa was-was.

Dooorr…doorr..doorr…”HAHAHAA!”, bagai Joker sinting di film Batman, seorang musuh memberondongi saya dengan tembakan. Sial. “Hit!”, saya berseru pasrah. Lagi-lagi dia yang menembak saya. Saya keluar dengan langkah gontai sambil memikirkan strategi untuk menyerang di game berikutnya.

Saat membuka masker pelindung, tak terasa wajah pun basah oleh keringat. Penggunaan masker pelindung sangat penting selama dalam areal pertempuran, untuk melindungi bagian vital di kepala. Namun, masker yang ada terasa kurang nyaman dan menyisakan rasa gatal di wajah.

Selain Area 81, masih ada beberapa tempat dengan permainan sama di Jakarta, seperti di La Piazza Kelapa Gading. Area pertempuran pun ada yang indoor maupun outdoor. Di Area 81, biaya sewa tempat dan airsoft gun Rp. 65 ribu/orang untuk 2 jam, dengan jumlah pemain minimal 6 orang. Sedangkan di Kelapa Gading seharga Rp. 25 ribu/orang untuk 1 jam untuk sewa tempat.

Ketegangan suasana pertempuran terasa bagai fantasi yang seru dan menyenangkan. Permainan ini semakin populer di Jakarta. Sebuah cara melepas lelah kerja yang menyenangkan. Sekaligus menjadi sebuah sarana untuk tetap menyimpan satu sisi kekanak-kanakan dalam diri tiap insan dewasa.






Thursday, December 11, 2008

Kenikmatan Kue Lapis Eksklusif

Oleh Ester

Bagaimana cara Anda memanjakan lidah? Kalau saya, tanpa perlu berpikir dua kali, akan menjawab, ”Menikmati kue lapis legit Brother Tom”. Sesuai dengan slogannya ‘Golden Taste of New Recipe’, kue ini memang terasa ekslusif, baik dari penampilan maupun rasa.

Saat membuka kemasannya, dari aromanya saja sudah sangat menggugah selera, apalagi saat mencicipnya. Berbeda dengan lapis legit lainnya, Brother Tom memiliki tekstur kue yang lembut dan kaya rasa.

Lapis legit Brother Tom tersedia dalam 4 pilihan rasa, yaitu original, keju, coklat dan plum. Dikemas dalam box yang menarik, kue ini pun sangat cocok untuk dijadikan gift.

Lagis legit Brother Tom hadir dalam berbagai ukuran dan harga. Selain dalam potongan (slice), juga tersedia dalam kemasan box dengan ukuran 11x11 cm (small), 11x22 cm (regular) dan 22x22 cm (large).

Harga ukuran small berkisar dari Rp100 ribu – Rp125 ribu; ukuran regular dari Rp200 ribu – Rp250 ribu, dan ukuran large dari Rp400 ribu – Rp480 ribu. Perbedaan harga berdasarkan pada pilihan rasa.

Lapis Legit Brother Tom pun mudah didapat karena outletnya tersebar di mal-mal Jakarta, seperti Plaza Senayan, Mal Artha Gading, Plaza Indonesia, Senayan City, dan Ranch Market Kebun Jeruk.

Di samping itu, juga tersedia layanan antar gratis untuk daerah Jakarta. Untuk layanan antar hubungi 021-4503193 atau 021-4501782. Nikmati kue lapisnya sampai lapis terakhir.



100 x France – Evolusi Fotografi Prancis

Oleh Ester

“Halo. Saya Barthez”, seseorang berkepala botak memperkenalkan dirinya sambil bercanda. Saat itu saya sedang mengamati foto Fabien Barthez yang sedang dipamerkan. Orang itu, yang pastinya bukan Barthez, merupakan salah satu orang dari Galeri Antara, tempat diadakannya pameran foto “100 x France”.

Pameran foto yang diadakan dari 1-14 Desember 2008, merupakan hasil kerjasama Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta dengan Galeri Antara Jakarta. Pameran ini dikuratori oleh Sophie Schmit, dengan tema sejarah fotografi Prancis dari jaman dahulu sampai sekarang dan sejarah singkat fotografi Indonesia.

Melalui sekitar 102 karya foto, pameran ini memaparkan evolusi fotografi Prancis, dari karya fotografer terkenal seperti Niepce, Duchamp bahkan sampai yang anonim. Didominasi oleh foto B/W (hitam putih) dan sephia (coklat), kita diajak menelusuri sejarah foto Prancis.

Setiap foto mengandung makna lebih dari sekedar duplikat suatu objek atau media fotografer menyampaikan pesan, namun juga menggambarkan satu sisi dari Prancis. “Foto-foto ini adalah foto berkonsep, ada pesan di dalam tiap foto,” kata Doddy, penyelenggara dari pihak Galeri Antara.

Melihat foto karya Niepce pada th 1826, sebuah image yang diambil dengan kamera obscura dengan durasi pengambilan foto selama 8 jam, memperlihatkan bahwa sejarah fotografi Prancis telah mulai sejak lama.

Perkembangan fotografi selanjutnya tampak pada karya foto lainnya, yang memperlihatkan teknik dan proses fotografi yang canggih, seperti teknik montase, multi expose, long exposure, dan panning.


Lebih mencengangkan lagi saat melihat karya Georges Rousse.
Objek berupa sebuah sudut ruang, minim warna pada keempat sisinya, namun penuh warna pada areal segi empat di tengah foto. Foto yang sekilas tampak seperti hasil olah digital, namun setelah diamati lebih lama, karya itu murni difoto apa adanya. Sebuah proses foto dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

Selain permainan teknik dan proses rumit, karya fotografi Prancis juga memiliki tema yang bervariasi, seperti fotografi historikal, artistik, jurnatistik, science, dan human interest (kemanusiaan).

“Fotografi Prancis identik dengan foto-foto bernuansa romantis”, kata salah satu pengunjung. Pameran ini dikunjungi oleh para penggemar fotografi, pecinta seni dan budaya, dan dari kalangan CCF.

“Halo. Saya Barthez”, kembali si Barthez jadi-jadian menyapa saya sambil bercanda. “Bonjour...Je m’appelle Ester. Comment ca va?” saya membalas, sambil meninggalkan dia yang tampak sedikit tercengang.

Friday, December 5, 2008

Tarif Parkir Termahal di Jakarta

Oleh Ester

Jalan jalan ke Pasar Baru
Jangan lupa beli sepatu
Kalau ada lain waktu
Boleh kita kembali bertemu


Siapa yang tidak tahu Pasar Baru? Salah satu pusat belanja yang cukup popular di Jakarta. Meskipun saat ini eksistensinya sudah mulai digeser oleh kehadiran mal, namun Pasar Baru tetap menjadi salah satu tempat belanja yang diminati warga Jakarta .

Semua orang tahu Pasar Baru merupakan tempat terlengkap untuk mencari bahan kain untuk baju, atau pun mencari sepatu. Namun, ada satu hal yang mungkin belum diketahui semua orang. Hal yang akan membuat Anda berpikir ulang untuk mengunjungi Pasar Baru.

Saat membawa mobil ke Pasar Baru, dan parkir di daerah sekitarnya, saya dikejutkan oleh tarif parkirnya.Tarifnya mahal bahkan lebih dari tarif parkir di mal elit di Jakarta . Parkir 1 jam, dikenai biaya Rp. 3 ribu, 2 jam seharga Rp. 7 ribu dan 3 jam seharga Rp. 9ribu-10ribu.

Berdasarkan Peraturan Daerah No 1/2006, tarif parkir di Jakarta untuk mobil sekelas sedan dan jip Rp 1.000-Rp 2.000 per jam. Ini berarti tarif parkir di Pasar baru jauh di atas tarif yang telah ditentukan.

Tukang parkir menarik tarif parkir “suka-suka”, dan saat dimintakan karcis, maka akan diberikan beberapa lembar karcis, yang selembarnya seharga Rp. 1500. Tindakan premanisme yang semena-mena ini sudah berlangsung lama, dan tidak pernah ditindak oleh aparat.

Mahalnya tarif parkir di Pasar Baru tidak diimbangi dengan keamanan dan kenyamanan areal parkir. Hal ini tentunya membuat pengguna lahan parkir berpikir dua kali untuk berkunjung ke Pasar Baru. Tidak heran jika mereka mulai melirik pusat belanja lain seperti mal.

Bawa mobil ke Pasar Baru
Maksud hati mau beli sepatu
Bayar parkir harga selangit

Apa mau keluar banyak duit

Milan Sladek, Ekspresi dalam Diam

Oleh Ester


Sosok berwajah sangat putih dengan bibir tersenyum lebar ala Joker, terpampang pada iklan di koran maupun poster yang tersebar. Itulah pose Milan Sladek, seorang maestro pantomim. Lahir tahun 1938 di Slowakia, ia merupakan seniman pantomim senior yang masih aktif mengadakan pertunjukan.

Penampilannya di Goethe Institute Jakarta pada Kamis malam, 4 Desember 2008, mendapat sambutan hangat. Ruang pertunjukan dipadati oleh penonton yang rata-rata berasal dari kalangan expatriat asal Jerman, pelajar di Goethe Haus dan kalangan pecinta seni dan budaya.

Dalam pertunjukan tersebut, ia menampilkan 6 lakon cerita. Diawali dengan Bunga Matahari, kemudian Party, Ikarus, Swan Lake, Cho-Cho-San, dan ditutup dengan Samson Und Delilah. Acara dimulai pada pukul 7.30 pm dengan total durasi acara sekitar 75 menit

Berpenampilan sederhana, Milan Sladek dengan ekspresif melakonkan setiap tokoh. Ia berganti busana yang berbeda di Cho-Cho-San. Pada cerita bernuansa Jepang ini, ia mengenakan kimono, lengkap dengan rambut dicepol dan payung ala Jepang. Ini memberikan sentuhan warna pada penampilan pantomim yang identik dengan ‘black and white’.

Dalam kesunyian yang kadang diiringi oleh alunan lagu dan suara hentakan kakinya, ia menghidupkan cerita melalui isyarat, mimik muka dan gerak.tubuh. Cerita yang ditampilkan mengutamakan lakon komedi, kecuali pada Ikarus yang menceritakan perjuangan hidup burung yang terluka sayapnya.

Sedangkan cerita lain penuh humor dan menghibur. Lebih-lebih pada ‘Samson Und Delilah’, di mana ia melakonkan tokoh wanita dan pria secara bergantian. Bahkan adegan ‘pemerkosaan’ dan ‘pengebirian’ pun dibungkus secara kocak, dan menutup penampilannya malam itu dengan ledakan tawa penonton.

Milan Sladek, seniman asal Jerman ini telah menggeluti dunia pantomim selama lebih dari 50 tahun. Ia membentuk sebuah gaya pantomim yang individual dan modern. Sampai sekarang pun ia masih terus mengembangkan gayanya sendiri.

“Saat adegan minum bir, saya harus benar-benar membayangkan diri sedang minum bir. Dari cara memegang gelasnya, cara meminumnya, hingga saat mencicipi bir seolah-olah benar terasa”, ia menjelaskan caranya menghayati peran.

Ekspresi dalam diamnya membuat penonton terpukau. Usai acara, keahliannya ’berbicara’ dalam diam, menjadi bahan pembicaraan hangat di antara para penonton.

Wednesday, December 3, 2008

Twilight - Kisah Cinta Vampir Modern

Oleh Ester

Menjalin cinta dengan vampir? Sangat berbahaya sekaligus sangat menggoda. Itulah tema cerita film Twilight yang diangkat dari novel bestseller dengan judul yang sama karya Stephenie Meyer. Film berdurasi 1 jam 45 menit ini mulai ditayangkan di Indonesia sejak awal Desember 2008.

Kisah romantis modern ini mengisahkan tentang Isabella Swan (Kristen Stewart), yang memilih pindah untuk tinggal dengan ayahnya di Fork, setelah ibunya menikah lagi dengan lelaki lain. Fork adalah kota muram yang sering hujan dan dikelilingi oleh pohon lebat.

Di sekolah barunya, Isabella terpesona dengan seorang teman pria sekelasnya, Edward Cullen(Robert Pattison). Edward adalah pria tampan misterius dengan tatapan mata yang dalam penuh pesona. Di balik pesonanya itu, ternyata Edward menyimpan rahasia identitas dirinya.

Kejadian-kejadian aneh pun mulai bermunculan, dan membuat Isabella mencari tahu siapakah Edward sesungguhnya. Edward ternyata adalah vampir yang telah hidup sejak lama. Ia dan keluarganya yang juga vampir, tidak memangsa manusia tapi hanya memangsa binatang.

Ternyata Edward pun terpikat oleh sikap diam dan tertutupnya Isabella. Keduanya pun menjalin hubungan cinta yang rumit dan menggebu-gebu. Edward terhimpit antara cinta dan nafsu untuk menghisap darah Isabella.

”Saya seperti vegetarian... Tapi, saya kuatir saya tidak kuat saat bersamamu”, Edward menjelaskan kondisi dirinya pada Isabella. Sementara Isabella, mempercayakan diri sepenuhnya pada Edward yang diyakini tidak akan melukainya.

Permasalahan datang saat ada sekumpulan vampir jahat yang memang memangsa manusia. Salah satunya, James (Cam Gigandet) sangat terobsesi untuk memangsa Isabella. Apakah keberadaan Edward menyelamatkan atau justru membahayakan Isabella?

Berbeda dengan film vampir barat pada umumnya, pada film ini tidak menampilkan vampir bergigi taring, dan tidak banyak adegan bersimbah darah. Film ini menyorot pada drama cinta yang pelik antara vampir dan manusia.

Awalnya, film mengalir lambat, mengulang spot yang sama di kantin sekolah dan banyak adegan tatap-menatap yang dramatis namun monoton. Setting langit yang mendung dan sering hujan, menghadirkan suasana muram yang melankolis.

Memasuki bagian tengah sampai akhir film, ditampilkan efek digital yang cukup menghidupkan film. Diiringi dengan alunan lagu yang romantik, gothic dan rock; membuat film ini terasa lebih indah untuk dinikmati.

Sama dengan film vampir lain, seperti Bram Stoker’s Dracula atau Interview With the Vampire, film ini menonjolkan penampilan fisik Sang Vampir yang sempurna. Kalau vampirnya seganteng Robert Pattison, siapa yang mampu menolak untuk menjadi kekasihnya?

Alunan Perasaan dalam Denting Piano

Oleh Ester

Sayup-sayup terdengar dentingan piano mengalunkan lagu klasik. Saat melangkah masuk ke dalam Bina Musik Recital Hall di Kelapa Gading, pada Minggu (23/11) sore, alunan lagu semakin jelas dan ternyata itu bersumber dari jari-jari mungil seorang anak yang masih kecil.

Resital piano dengan tema “Feeling of My Music” diselenggarakan oleh Steven N. W., seorang guru piano yang sudah cukup lama mengajar. Para peserta resital piano ini adalah murid-murid asuhan Steven yang sebagian besar adalah warga Kelapa Gading.

“Ini adalah kesempatan kalian untuk tampil di hall yang indah dengan tata akustik yang baik,” kata Steven membuka acara sore itu. Melalui kegiatan ini, para peserta dilatih untuk perform di depan umum, dan sekaligus sebagai media apresiasi terhadap keahlian pesertanya dalam bermain piano.

Acara yang berdurasi hampir 3 jam itu diisi oleh sekitar 40 peserta. Sebagian besar peserta adalah anak-anak dari berbagai usia. Namun, ada 3 peserta dewasa yang juga ikut tampil dalam acara itu. Tampaknya usia tidak menjadi penghalang bagi mereka yang berminat untuk bermain piano.

Lagu yang dibawakan sebagian besar adalah lagu klasik yang populer di masyarakat, seperti Ode to Joy dan Romance D’Amour. Selain itu juga ada tembang romantis tema film-film seri Korea yang populer di Indonesia. Di antara permainan piano, diselipkan beberapa nyanyian yang diiringi piano.

Para peserta telah cukup mempersiapkan diri sebelumnya. Saat tampil, mereka dapat bermain dengan baik. Penampilan mereka juga cukup menghibur. Tingkah peserta anak-anak yang lucu dan usil saat memberi hormat sebelum dan sesudah tampil, mengundang tawa para penonton.

Di antara para peserta yang tampil, beberapa pemain tampak menonjol. Permainan lagu dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, dapat dimainkan dengan baik sekali. Adalah Albert, yang memainkan Fragmen karya Jaya Suprana, tampil sangat memukau.

Lagu yang kental nuansa sunda itu mengingatkan saya pada penampilan Jaya Suprana di TVRI bertahun-tahun yang lalu. Bedanya, kali ini saya menonton live dan dimainkan oleh seorang anak yang masih 'ABG'.

Pulang dari acara itu, satu tekad yang tertancap dalam di diri saya. Saya juga mau memainkan lagu Fragmennya Jaya Suprana dengan memukau. Apa tidak merasa terlalu tua untuk belajar? Tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar. Its better now than never.