Friday, December 5, 2008

Tarif Parkir Termahal di Jakarta

Oleh Ester

Jalan jalan ke Pasar Baru
Jangan lupa beli sepatu
Kalau ada lain waktu
Boleh kita kembali bertemu


Siapa yang tidak tahu Pasar Baru? Salah satu pusat belanja yang cukup popular di Jakarta. Meskipun saat ini eksistensinya sudah mulai digeser oleh kehadiran mal, namun Pasar Baru tetap menjadi salah satu tempat belanja yang diminati warga Jakarta .

Semua orang tahu Pasar Baru merupakan tempat terlengkap untuk mencari bahan kain untuk baju, atau pun mencari sepatu. Namun, ada satu hal yang mungkin belum diketahui semua orang. Hal yang akan membuat Anda berpikir ulang untuk mengunjungi Pasar Baru.

Saat membawa mobil ke Pasar Baru, dan parkir di daerah sekitarnya, saya dikejutkan oleh tarif parkirnya.Tarifnya mahal bahkan lebih dari tarif parkir di mal elit di Jakarta . Parkir 1 jam, dikenai biaya Rp. 3 ribu, 2 jam seharga Rp. 7 ribu dan 3 jam seharga Rp. 9ribu-10ribu.

Berdasarkan Peraturan Daerah No 1/2006, tarif parkir di Jakarta untuk mobil sekelas sedan dan jip Rp 1.000-Rp 2.000 per jam. Ini berarti tarif parkir di Pasar baru jauh di atas tarif yang telah ditentukan.

Tukang parkir menarik tarif parkir “suka-suka”, dan saat dimintakan karcis, maka akan diberikan beberapa lembar karcis, yang selembarnya seharga Rp. 1500. Tindakan premanisme yang semena-mena ini sudah berlangsung lama, dan tidak pernah ditindak oleh aparat.

Mahalnya tarif parkir di Pasar Baru tidak diimbangi dengan keamanan dan kenyamanan areal parkir. Hal ini tentunya membuat pengguna lahan parkir berpikir dua kali untuk berkunjung ke Pasar Baru. Tidak heran jika mereka mulai melirik pusat belanja lain seperti mal.

Bawa mobil ke Pasar Baru
Maksud hati mau beli sepatu
Bayar parkir harga selangit

Apa mau keluar banyak duit

1 comment:

Yalfrin said...

Hi Ester, yang kamu buat ini namanya esai. Fungsinya untuk mengajak orang merenung mengenai suatu fakta atau masalah.

Ciri-ciri pada esai yakni dipenuhi dengan unsur subyektifitas pribadi si penulis dan tinjauan bisa dari berbagai sisi atau disiplin ilmu.

Namun demikian, tidak perlu memasukkan teori pengetahuan secara kaku. Bentuk esai bisa seperti pengalaman pribadi dan disajikan secara ringan. Great !