Wednesday, December 3, 2008

Twilight - Kisah Cinta Vampir Modern

Oleh Ester

Menjalin cinta dengan vampir? Sangat berbahaya sekaligus sangat menggoda. Itulah tema cerita film Twilight yang diangkat dari novel bestseller dengan judul yang sama karya Stephenie Meyer. Film berdurasi 1 jam 45 menit ini mulai ditayangkan di Indonesia sejak awal Desember 2008.

Kisah romantis modern ini mengisahkan tentang Isabella Swan (Kristen Stewart), yang memilih pindah untuk tinggal dengan ayahnya di Fork, setelah ibunya menikah lagi dengan lelaki lain. Fork adalah kota muram yang sering hujan dan dikelilingi oleh pohon lebat.

Di sekolah barunya, Isabella terpesona dengan seorang teman pria sekelasnya, Edward Cullen(Robert Pattison). Edward adalah pria tampan misterius dengan tatapan mata yang dalam penuh pesona. Di balik pesonanya itu, ternyata Edward menyimpan rahasia identitas dirinya.

Kejadian-kejadian aneh pun mulai bermunculan, dan membuat Isabella mencari tahu siapakah Edward sesungguhnya. Edward ternyata adalah vampir yang telah hidup sejak lama. Ia dan keluarganya yang juga vampir, tidak memangsa manusia tapi hanya memangsa binatang.

Ternyata Edward pun terpikat oleh sikap diam dan tertutupnya Isabella. Keduanya pun menjalin hubungan cinta yang rumit dan menggebu-gebu. Edward terhimpit antara cinta dan nafsu untuk menghisap darah Isabella.

”Saya seperti vegetarian... Tapi, saya kuatir saya tidak kuat saat bersamamu”, Edward menjelaskan kondisi dirinya pada Isabella. Sementara Isabella, mempercayakan diri sepenuhnya pada Edward yang diyakini tidak akan melukainya.

Permasalahan datang saat ada sekumpulan vampir jahat yang memang memangsa manusia. Salah satunya, James (Cam Gigandet) sangat terobsesi untuk memangsa Isabella. Apakah keberadaan Edward menyelamatkan atau justru membahayakan Isabella?

Berbeda dengan film vampir barat pada umumnya, pada film ini tidak menampilkan vampir bergigi taring, dan tidak banyak adegan bersimbah darah. Film ini menyorot pada drama cinta yang pelik antara vampir dan manusia.

Awalnya, film mengalir lambat, mengulang spot yang sama di kantin sekolah dan banyak adegan tatap-menatap yang dramatis namun monoton. Setting langit yang mendung dan sering hujan, menghadirkan suasana muram yang melankolis.

Memasuki bagian tengah sampai akhir film, ditampilkan efek digital yang cukup menghidupkan film. Diiringi dengan alunan lagu yang romantik, gothic dan rock; membuat film ini terasa lebih indah untuk dinikmati.

Sama dengan film vampir lain, seperti Bram Stoker’s Dracula atau Interview With the Vampire, film ini menonjolkan penampilan fisik Sang Vampir yang sempurna. Kalau vampirnya seganteng Robert Pattison, siapa yang mampu menolak untuk menjadi kekasihnya?

1 comment:

Yalfrin said...

Resensi yang bagus, Ester, kamu berhasil membuat saya jadi penasaran ingin menonton film ini :)...Judul, intro, dan ending-nya bagus...

Jangan lupa, dalam setiap resensi umumnya penulis harus berusaha juga memaparkan kritikannya bukan melulu pujian. Anyway, you have a good talent as a writer.